Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...
11 Ramadhan 1434 H
Ketika memasuki adegan pembuka, saya mengira ini film serius atau bahkan absurd -sebagaimana umumnya sutradara Prancis yang cukup berani mengumbar absurditas-. Namun ketika film memasuki satu jam dan tidak ada satupun tendensi ke arah kerutan kening dan justru malah lebih banyak menggelitik perut, barulah saya sadar bahwa ini sebenarnya masuk kategori komedi. The Intouchables (2011) merupakan film ringan yang membuat kita mudah sekali untuk merasa durasi filmnya yang dua jam menjadi tak terasa. Meski ringan, film garapan sutradara Olivier Nakache dan Éric Toledano itu termasuk film yang cerdas dan sarat nilai kemanusiaan
Film The Intouchables bercerita tentang persahabatan antara Philippe Maserati (François Cluzet) dan Driss (Omar Sy). Hubungan keduanya, pada mulanya adalah Philippe sebagai tuan dan Driss adalah pembantu pribadi. Philippe membutuhkan asisten karena dari leher hingga ke kaki ia mengalami lumpuh. Driss, orang yang santai dan humoris, berhasil membuat hidup Philippe menjadi lebih menggairahkan -Philippe sebelumnya merupakan orang yang sangat serius, tercermin dari seleranya terhadap seni rupa, puisi opera, dan musik klasik-. Tidak hanya Philippe berubah menjadi perokok (bahkan terkadang ia menghisap ganja) oleh sebab pergaulannya dengan Driss, tapi juga ia menemukan gairah cintanya yang sebelumnya sudah padam sejak istrinya meninggal dan dirinya divonis berbagai penyakit.
Sepanjang film, The Intouchables banyak diwarnai oleh bagaimana menariknya kedua sifat yang kontras antara Philippe dan Driss. Kedua sifat yang bertolak belakang itu tidak menjadikan mereka tak cocok, melainkan malah saling melengkapi. The Intouchables, yang termasuk ke dalam salah satu film paling laku dalam sejarah sinema Prancis, adalah film yang tidak hanya menghibur, tapi juga mencerdaskan.
Rekomendasi: Bintang Empat
Film The Intouchables bercerita tentang persahabatan antara Philippe Maserati (François Cluzet) dan Driss (Omar Sy). Hubungan keduanya, pada mulanya adalah Philippe sebagai tuan dan Driss adalah pembantu pribadi. Philippe membutuhkan asisten karena dari leher hingga ke kaki ia mengalami lumpuh. Driss, orang yang santai dan humoris, berhasil membuat hidup Philippe menjadi lebih menggairahkan -Philippe sebelumnya merupakan orang yang sangat serius, tercermin dari seleranya terhadap seni rupa, puisi opera, dan musik klasik-. Tidak hanya Philippe berubah menjadi perokok (bahkan terkadang ia menghisap ganja) oleh sebab pergaulannya dengan Driss, tapi juga ia menemukan gairah cintanya yang sebelumnya sudah padam sejak istrinya meninggal dan dirinya divonis berbagai penyakit.
Sepanjang film, The Intouchables banyak diwarnai oleh bagaimana menariknya kedua sifat yang kontras antara Philippe dan Driss. Kedua sifat yang bertolak belakang itu tidak menjadikan mereka tak cocok, melainkan malah saling melengkapi. The Intouchables, yang termasuk ke dalam salah satu film paling laku dalam sejarah sinema Prancis, adalah film yang tidak hanya menghibur, tapi juga mencerdaskan.
Rekomendasi: Bintang Empat
Comments
Post a Comment