Skip to main content

Komentar atas Madilog (Bab Filsafat)

Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...

30hari30film: Coffee and Cigarettes (2003)

14 Ramadhan 1434 H


Coffee and Cigarettes (2003) adalah film garapan sutradara Jim Jarmusch yang isinya terdiri dari sebelas film pendek dengan warna hitam putih. Kesebelas film yang masing-masing berjudul Strange to Meet You, Twins, Somewhere in California, Those Thing's Kill Ya, Renée, No Problem, Cousins, Jack Shows Meg His Tesla Coil, Cousins?, Delirium, dan Champagne sama-sama menjadikan kopi dan rokok sebagai latar percakapannya. Nama-nama terkenal semisal Roberto Benigni, Bill Murray, Tom Waits, Iggy Pop, Cate Blanchett, Jack White, Alfred Molina dan Steve Coogan ikut ambil bagian dalam Coffee and Cigarettes yang isinya lebih didominasi dialog yang absurd dan nihilistik a la Jarmusch.

Tidak ada yang kelihatan istimewa dalam film Coffee and Cigarettes. Isinya hanya tentang orang-orang yang duduk berbincang ditemani kopi dan rokok. Topik-topik yang dibicarakan mereka adalah hal yang remeh temeh dan tidak serius sama sekali. Misalnya, tentang dua orang kawan yang berjumpa tapi tidak ada yang mau dibicarakan dan hanya rindu saja; tentang dua orang tua yang satu mengingatkan bahaya rokok sedangkan satu lagi enggan mendengarkan; tentang dua orang yang merayakan berhentinya mereka dari rokok dan kopi dengan cara merokok dan meminum kopi; tentang pelayan yang terus menerus ingin mengisi kopi seorang perempuan yang duduk sendiri di kafé dalam rangka menarik perhatiannya, dan sebagainya.

Jarmusch, seperti biasa, punya kesenangan untuk menampilkan keseharian dengan segala absurditasnya. Ia tidak sedang menggurui kita mengenai suatu filsafat mendalam yang terkandung dalam kopi dan rokok. Coffee and Cigarettes menampilkan kopi dan rokok apa adanya ia dalam keseharian kita -yang justru menimbulkan renungan bagaimana sebenarnya kedua benda tersebut berkontribusi untuk mengisi jeda diantara dua orang yang berjumpa-.

Rekomendasi: Bintang Empat

Comments

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...