Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri. Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...
Amorres Perros adalah film garapan sutradara Meksiko, Alejandro
Gonzales Inarritu yang sering disebut sebagai bagian pertama dari triloginya
yang dinamai death trilogy. Film
kedua dan ketiganya yaitu 21 Grams
dan Babel, punya benang merah yang
bisa ditarik bersamaan dengan Amorres
Perros, yaitu: Bertemakan kematian serta cara bertutur yang mula-mula
terpisah namun lama kelamaan terlihat ada kesatuan diantara pecahan-pecahan
tersebut –maka itu karya Amorres Perros
ini sering dijuluki sebagai “Mexican Pulp
Fiction”, mengacu pada film Quentin Tarantino berjudul Pulp Fiction yang juga berisi pecahan-pecahan peristiwa yang
nantinya dirajut-.
Namun bukan hanya cara bertuturnya
saja yang membuat film ini menjadi menawan. Melainkan juga bagaimana cara Inarritu mengangkat adegan-adegan keseharian
yang begitu dekat, disertai pengambilan gambar yang realistik –sehingga film
ini juga dijuluki beraliran Mexican
neo-realist, didukung pula oleh aktor-aktornya yang banyak diantaranya
non-profesional-. Walhasil, meski Amores
Perros awalnya menciptakan kebingungan karena pecahan-pecahan adegan yang
tidak berkesinambungan, namun film ini luar biasa menyentuh dan agaknya penonton
sulit sekali untuk tidak terharu.
Amorres Perros dibagi dalam tiga babak. Bagian pertama adalah Octavio y Susana, kisah tentang
bersaudara Octavio (Gael Garcia
Bernal) yang begitu mencintai wanita (Vanessa Bauche) bernama
Susana yang
tidak lain adalah istri dari kakaknya sendiri. Bagian kedua adalah Daniel y Valeria yang berkisah tentang
perselingkuhan antara pengusaha bernama Daniel
(Alvaro Guerrero) dengan supermodel bernama
Valeria (Goya Toledo). Bagian ketiga berjudul El Chivo y Maru yang berkisah tentang pembunuh bayaran berjuluk El Chivo (Emilio Echevarria) yang pernah
dipenjara 20 tahun lamanya sehingga mesti berbohong pada sang putri bahwa ia
sudah meninggal dunia. Ketiga cerita ini punya kesamaan, yaitu sama-sama
melibatkan anjing diantara para tokohnya. Konon ini merupakan suatu sindiran:
Ketika manusia seringkali tak punya pijakan pada siapa ia harus setia, anjing
mengajarkan tentang kesetiaan tertinggi.
Rekomendasi: Bintang Lima
Comments
Post a Comment