Skip to main content

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

30hari30film: Frenzy (1972)

27 Ramadhan 1433 H


Frenzy adalah film thriller yang digarap oleh spesialisnya: Alfred Hitchcock. Diadaptasi dari novel berjudul Goodbye Piccadilly, Farewell Leicester Square karya Arthur La Bern, Frenzy berkisah tentang pembunuh berantai berjuluk necktie murderer. Label tersebut disematkan karena korban kerapkali mati dalam keadaan telanjang dan hanya mengenakan dasi di lehernya. Sebelumnya, korban yang selalu wanita muda tersebut, diperkosa terlebih dahulu sebelum kemudian dicekik dengan dasi. 

Pembukaan film ini langsung menjanjikan. Korban wanita telanjang dengan dasi di lehernya, mengapung di tengah sungai yang sedang dikerumuni publik. Publik Kota London menjadi heboh dan mewaspadai berkeliarannya seorang pembunuh berantai diantara mereka. Lain cerita, ada kisah tentang Richard Blaney (Jon Finch), mantan pramusaji bar yang sedang dirundung malang. Ia dipecat oleh bosnya oleh sebab tuduhan sering mengambil minuman sendiri dari bar tanpa pernah membayar. Dalam keadaan terkatung-katung tanpa pekerjaan dan juga tanpa tempat tinggal, Blaney tiba-tiba dituduh polisi maupun media sebagai necktie murderer yang menghebohkan itu. Sisanya bisa ditebak: Bagaimana Hitchcock mempermainkan perasaan penonton tentang apakah Blaney pada akhirnya terbukti bersalah atau tidak.

Frenzy menyuguhkan beberapa kali adegan yang amat tipikal dari Hitchcock. Misalnya, ketika terjadi pembunuhan, alih-alih disorot kejadiannya, Hitchcock malah menjauhkan kameranya dari lokasi. Meski tidak ditampakkan, hal tersebut tetap menimbulkan asosiasi bahwa pembunuhan sedang terjadi. Jika dibandingkan karya agung sang sutradara semisal Psycho ataupun Vertigo, Frenzy terhitung mengecewakan. Puncak dari film ini tidak menunjukkan kekhasan Hitchcock yang biasanya melakukan kejutan alias twist ending. Percayalah, satu menit akhir dari film ini akan membuat kecewa pada keseluruhan ceritanya.

Rekomendasi: Bintang Dua

Comments

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...