Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri. Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...
17 Ramadhan 1433 H
Monty Python adalah kelompok komedi yang dikenal pada mulanya tampil dalam bentuk sketch comedy. Sketch comedy adalah penampilan pendek sekitar satu hingga sepuluh menit yang disiarkan biasanya di televisi. Kelompok yang digawangi oleh Graham Chapman, Terry Gilliam, John Cleese,
Eric Idle, Michael Palin, dan Terry Jones ini, popularitasnya di dunia
hiburan sering disamakan dengan kelompok musik The Beatles. Film Monty Python and The Holy Grail adalah penampilan perdana kelompok yang berdiri tahun 1969 tersebut di layar lebar, setelah sebelumnya hanya tampil dalam format sketch comedy dan miniseri bernama Flying Circus.
Monty Python and The Holy Grail mengambil latar abad pertengahan. Ceritanya adalah tentang perjalanan Raja Arthur yang mencari ksatria untuk direkrut. Ia kemudian mendapatkan empat ksatria lainnya yaitu Sir Bedevere the Wise, Sir Lancelot the Brave, Sir Robin the Not-Quite-So-Brave-As-Sir-Lancelot dan Sir Galahad the Pur. Di tengah jalan, mereka mendapatkan titah dari Tuhan untuk mencari cawan suci (holy grail). Perjalanan mencari cawan suci itu memberikan banyak "celah komedi" yang dieksploitasi dengan baik oleh sang sutradara merangkap pemain, Terry Gilliam.
Monty Python and The Holy Grail rasanya bukan film komedi biasa. Ia memasukkan unsur animasi dan cut-scene yang kreatif. Lawakan yang dilontarkannya pun terdengar cerdas dan tidak banyak unsur slapstick -ini tidak aneh mengingat para anggotanya adalah lulusan Oxford dan Cambridge, kecuali Terry Gilliam yang orang Amerika-. Pada jamannya, garapan kelompok Monty Python ini cukup avant-garde, sehingga tak jarang mereka disebut juga sebagai pengusung genre komedi sureal. Bagi yang ingin menikmati komedi tidak hanya sebagai sarana tertawa, tapi juga terkandung di dalamnya unsur kecerdasan dan kreativitas, maka kelompok legendaris ini wajib untuk diapresiasi.
Rekomendasi: Bintang Empat
Comments
Post a Comment