Skip to main content

Komentar atas Madilog (Bab Filsafat)

Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...

Miniatur (2)


Di foodcourt, seluruh kompleksitas tersedia. Ada bos tenant halu yang mengklaim dirinya punya kekayaan 35 milyar, ada ibu pemilik sebuah dagangan yang mengaku tak cinta pada suaminya dan memilih untuk memadu kasih bersama pria dari masa lalunya, ada ibu solehah yang tekun membaca Herodotus, ada pasangan pedagang yang tak kunjung menikah karena beda agama, ada pekerja yang memiliki kekhasan orientasi seksual yang dalam desakan hari-hari kerja memaksa untuk libur satu hari saja demi meluapkan hasrat seksualnya, dan ada saya, yang oleh sebagian dari mereka dipanggil "si dosen", yang mengalami suatu pencerahan, karena akhirnya bergulat penuh dengan pengalaman manusia, setelah sekian lama berada di menara gading, berkutat dengan konsep bernama Kemanusiaan. 

Saya sekarang paham bahwa ada interseksi antara kata-kata Dostoevsky yang kurang lebih berisi "Semakin saya cinta kemanusiaan secara umum, semakin sulit saya untuk cinta pada orang per orang," dan gagasan Levinas tentang orang lain, yang dengan wajahnya tampil ke hadapan kita, senantiasa mengusik kita, membuat kita terdesak untuk bersikap etis, mendahului segala hal yang bersifat metafisis. 

Dalam pertemuan demi pertemuan yang melibatkan kompleksitas itu, seringkali konsep-konsep tentang etika buyar seketika. Tak mudah mengatakan si ini salah, si itu dosa, karena tak semua manusia punya cukup privilese untuk berkehendak menentukan nasibnya sendiri. 

Selama ini saya berlindung di balik tembok intelektualitas, yang dengan arogan berbicara tentang Kemanusiaan dari ketinggian, tanpa benar-benar bertemu wajah dalam-dalam, yang di sana dapat ditemukan: Tuhan hadir sekaligus tidak. Hadir dalam artian, Tuhan konon menyayangi kita semua, dengan cara-cara yang tak selalu kita mengerti, termasuk lewat nasib-nasib yang dari sudut pandang manusia kadang begitu tragis. 

Sekaligus tidak hadir dalam artian, bahwa tak selalu ada moral adiluhung yang dapat dijadikan sandaran, ketika hidup begitu sulit dijalani, sehingga terasa bahwa apapun boleh. Kompas moral hanyalah bagaimana caranya supaya bisa tetap hidup, meski tak ada lagi alasan yang bagus. 

Dalam wajah-wajah yang ditemui setiap hari, yang di dalamnya, secara konseptual, tak punya jalan keluar, aku berharap dengan penuh lirih, supaya tak ada keinginan dalam diriku untuk menjadi penyelamat yang arogan itu. "Si dosen" justru tengah diselamatkan, dari godaan mewartakan Kemanusiaan, untuk sekarang berada di tengah manusia, tenggelam bersama manusia.

Comments

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...