Skip to main content

Komentar atas Madilog (Bab Filsafat)

Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...

30hari30film: Barry Lyndon (1975)

29 Ramadhan 1434 H


Barry Lyndon (1975) adalah film yang disutradarai oleh Stanley Kubrick, yang mengadaptasi novel berjudul The Luck of Barry Lyndon tahun 1844 dan ditulis oleh William Makepeace Thackeray. Barry Lyndon adalah filmnya yang kesepuluh dari total tiga belas film yang ia sutradarai sepanjang hidupnya. Berdurasi 184 menit, Barry Lyndon dibintangi oleh Ryan O'Neal, Marisa Berenson, dan Patrick Magee. Salah satu yang terkenal dari Barry Lyndon adalah visualisasi memukau yang ditampilkan oleh Kubrick. Pencahayaan alami, pemilihan kostum, interior ruangan, hingga pemajangan lukisan, membuat film yang mengambil latar di abad ke-18 ini tampak sangat artistik. 

Barry Lyndon bercerita tentang seorang pria bernama Redmond Barry (Ryan O'Neal) yang melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan status sosialnya. Perbuatannya ini bukannya tanpa dasar. Sedari kecil, ia sudah ditinggal ayahnya yang meninggal akibat duel pistol. Pada masa remaja, ia menyukai saudara sepupunya sendiri namun ditinggalkan begitu saja karena Barry dianggap tidak punya uang. Akhirnya Barry menikahi seorang kaya bernama Countess of Lyndon (Marisa Berenson). Pernikahannya ini, meski memberinya status sosial dan kemakmuran, mendapat tentangan dari Lord Bullingdon, anak dari Countess of Lyndon hasil pernikahan sebelumnya. Seiring dengan Lord Bullingdon yang bertambah dewasa, Barry semakin menyadari bahwa Lord Bullingdon dapat mengancam keberadaannya.

Mungkin saja kita bisa merasa bosan menyaksikan film panjang dan bertempo lambat ini. Namun hal itu dapat ditepis jika kita sungguh-sungguh memperhatikan kemampuan Kubrick dalam meramu estetika Barry Lyndon. Salah satu contohnya adalah ketika adegan di malam hari, Kubrick membiarkan penerangan dilakukan oleh lilin saja sehingga suasana remang-remang menjadi amat terasa. Di adegan lain, Kubrick juga membiarkan pencahayaan datang dari cahaya matahari yang masuk melalui jendela, disertai latar belakang lukisan besar yang menakjubkan. Jangan lupa, seperti dalam film-film Kubrick pada umumnya, ia juga pandai memainkan musik klasik sebagai penguat impresi. Kali ini musik dari Bach, Vivaldi, Mozart, dan Schubert ikut menopang adegan demi adegan sehingga terasosiasikan demikian kuat dalam ingatan kita. Barry Lyndon ini adalah film yang amat artistik.

Rekomendasi: Bintang Empat

Comments

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...