Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...
Judul Buku : Manusia dan Teknologi dalam 2001: A Space Odyssey
Genre : Filsafat, Film Studies
Objek Kajian : 2001: A Space Odyssey (1968) karya Stanley Kubrick
Penulis : Syarif Maulana
Penerbit : Garasi10
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 113
Harga : Rp. 40.000
Ulasan
Tahun 2001 sudah lewat. Ramalan Kubrick tentang superkomputer semacam HAL 9000, perjalanan ke Yupiter, hingga tegaknya monolit di sejumlah tempat tidak sepenuhnya terbukti. Namun keakurasian ramalan Kubrick bukanlah sesuatu yang patut dipersoalkan. Kita tahu bahwa ada akurasi yang jauh lebih bisa diambil relevansinya, yaitu pertanyaan tentang paradoks dunia manusia kontemporer: Apakah kemungkinan terbesar yang ditawarkan oleh potensi manusia, justru adalah faktor terbesar yang membuat manusia ter-dehumanisasi –tereduksi kemanusiannya? Apakah kita melihat diri kita sebagai Moon-Watcher yang bertahan hidup dengan menggunakan alat, atau sudah menjadi Bowman dan Poole yang diperbudak oleh alat itu sendiri? Apakah kita memahami teknologi sebagai kacamata yang membuat dunia terlihat sebagai suatu tempat yang harus terus menerus dieksploitasi demi kehidupan manusia? Apakah kita melihat teknologi sebagai suatu sarana untuk mengakhiri hidup manusia lainnya –atau justru malah mengakhiri hidupnya sendiri-?
Testimoni
"Contoh kajian mendalam atas salah satu film paling filosofis dan spektakuler sepanjang jaman, 2001: A Space Odyssey. Rujukannya luas, logikanya tangkas, gaya bahasanya santai dan cerdas." -Bambang Sugiharto (Guru Besar Filsafat Unpar)
"Melalui film yang dikajinya
Syarif Maulana mengajak kita berpikir sekaligus merenungi kehadiran
teknologi yang ternyata merupakan pedang bermata dua: manusia
mengembangkannya tanpa banyak menyadari bahwa sebenarnya ia mengancam
manusia itu sendiri, baik secara fisik maupun mental. Teknologi membuat
manusia percaya diri, tapi dengan itu sekaligus diri menjadi hilang di
dalamnya. Demikianlah, buku ini mengirim makna, yang sebelumnya mungkin
tidak pernah kita duga." - Acep Iwan Saidi (Ketua Forum Studi Kebudayaan, Dosen Desain dan Media di Pascasarjana ITB)
"Perlu suatu pengetahuan khusus dalam mengapresiasi film tertentu yang secara sosio-estetika termasuk tinggi. Buku ini sangat membantu!" - Awal Uzhara (Sutradara, lulusan Institut Sinematografi Gerasimov, Moskow)
Pemesanan dapat langsung dengan menghubungi penulis via email ke syarafmaulini@gmail.com.

Selamat Syarif, akhirnya. Segera mencari buku itu :D
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete