Skip to main content

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Surat Cinta dari Korea (4)


Patung Boddhisatva, koleksi paling berharga National Museum of Korea



Pertama-tama, bersyukurlah karena kamu punya ibu yang berprofesi sebagai guru sejarah. Sejarah, menurutku, adalah hal yang sangat penting. Kenapa? Karena tiada sesuatupun di luar sejarah. Masa depan kita semua berpijak dari sejarah. Dan kita hari ini sedang berusaha membuat sejarah, agar siapapun di masa depan kelak mengenang kita. Manusia mesti secara teratur mempunyai waktu untuk melihat ke masa lalu. Selain kontemplasi diri, tentunya ada cara lain yang lebih "sederhana" untuk melakukan itu, yaitu pergi menengok ke museum, atau belajar dari guru sejarah yang cakap seperti ibumu.

Aku mengunjungi museum tadi pagi. Namanya standar tapi kita bisa membayangkan keluasan isinya: National Museum of Korea. Museum ini, Sayang, Masya Allah, besarnya luar biasa. Hotel Hilton mungkin yang paling mewah di Bandung, tapi museum ini beberapa kali lipat lebih besar dan mewah. Sang pemandu berkata, "Ini museum nomor empat terbesar di dunia, untuk mengelilinginya kamu butuh delapan belas jam."

Tahukah kamu, Sayang, bahwa sejarah, meskipun penting, tapi kita agaknya setuju bahwa hal tersebut mesti disajikan secara menarik. Rupanya hal ini sudah sangat dipikirkan dalam museum mega itu. Display artefaknya sangat bagus, sign system-nya sangat informatif, dan penerangannya begitu anggun dan elegan. Kalaupun iya (kita boleh curiga), bahwa sejarah yang disajikannya bukan suatu kebenaran, maka itu tak jadi soal karena aku pribadi sudah terpikat pada segala-gala yang ada di tempat itu.

Lagipula, ada satu hal yang sangat menarik. Sang tour guide, bercerita dengan sangat bergairah. Seolah-olah ia berada di masa lampau dan menyaksikan benda-benda yang ia ceritakan itu dalam kondisi asli pada jamannya berada. Membuat aku ternyata menyimpan cita-cita ingin seperti dia, ingin seperti ibumu, menjadi seseorang yang mengajak siapapun menaiki mesin waktu ke masa lalu. Hanya saja, tour guide sedikit lebih beruntung dari segi penyajian ketimbang guru sejarah. Karena barang-barangnya ada tersedia di sana. Lagipula, perjuangan ibumu patut diacungi jempol. Karena ibu mendatangkan sejarah ke kelas yang mungkin berisi anak-anak yang siap menguap di tengah pelajaran. Sedangkan tour guide, pengunjunglah yang mendatangi sejarah. Sehingga mungkin antusiasmenya sudah ditumbuhkan dari awal. Jadi, sekali lagi, bersyukurlah punya ibu yang sedemikian hebatnya. Tanpa barang-barang display, ibumu menyajikan masa lampau murni melalui bahasa.


Sang
tour guide menerangkan pagoda sepuluh tingkat.

Setelah dari sana, kami mengunjungi istana raja Korea purba bernama Gyeongbokgung Palace. Esensinya sama, kami mengunjungi masa lalu dari suatu bangsa. Hanya saja kalau museum nasional diliputi suasana modern, sedangkan yang ini sangat tradisional dan segalanya betul-betul dipelihara keasliannya. Mulai dari bentuk bangunan hingga interiornya. Membuat alam imajinasi kita terlempar, membayangkan betul-betul ada raja duduk di sana beserta para pengawal-pengawalnya. Meski demikian, tempat ini ternyata pernah nyaris dibumihanguskan oleh Jepang. Sehingga banyak bagian sudah direvitalisasi oleh pemerintah Korea.


Demikian, sayang, betapa sejarah yang dikelola secara serius, punya andil dalam membentuk bangsa yang hebat. Apa yang bisa kita lakukan sekarang? Tidak perlu repot-repot menembok bangunan museum di Indonesia yang menyedihkan. Kita cukup mengenang masa lalu kita, dari mulai PDKT, masa-masa bertengkar, hingga persiapan pernikahan macam belakangan ini. Dengan demikian kita akan sanggup menjadi pasangan yang menebar energi positif bagi sesama.

Dan itulah awal mula, cikal bakal, perbaikan dunia.

Comments

  1. And now I love my mom and u much much more.. =)
    Mari kita membangun museum untuk anak2 kita nanti! =D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...