Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri. Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...
Bayiku mengajarkan sesuatu tentang dunia
Bahwa hidup ini jauh lebih membahagiakan
Jika kamu tak punya apa-apa
Atau setidaknya hanya punya keinginan-keinginan sederhana saja
Bayiku mengajarkan sesuatu tentang dunia
Bahwa kata-kata cinta tidak punya arti sama sekali
Cinta adalah tentang merawat dan membesarkan
Lewat tindakan sekaligus lewat diam
Bayiku mengajarkan sesuatu tentang dunia
Bahwa eksistensi manusia itu sungguh menyedihkan
Lahir dan mati keduanya ditopang air mata
Tapi kamu bisa menemukan kebahagiaan kecil yang sanggup menghapus segala duka
Seperti menyaksikan sang bayi belajar mengisap puting ibunda untuk kali pertama
Bayiku mengajarkan sesuatu tentang dunia
Bahwa ada perbedaan tipis
Antara menyelamatkan seluruh umat manusia
Dengan mengganti popok ketika dia pipis
Comments
Post a Comment