Skip to main content

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Let's Play Violin: Mendengarkan Perjalanan Hidup Ammy Kurniawan


Menuliskan ulasan tentang album perdana violinis Ammy Kurniawan adalah sesuatu yang cukup rumit. Selain musiknya yang memang tergolong tidak sederhana, juga karena posisi saya yang begitu campur aduk baik sebagai pendengar musik, produser eksekutif, pemain yang mengiringi Ammy, murid, bahkan juga sahabat. Intinya: Harus sebagai apa saya memposisikan diri dalam tulisan ini?

Tentu saja, agar para pembaca punya pengetahuan yang lengkap tentang si album, saya harus mengulasnya dengan analisis yang baik. Namun kenyataan bahwa saya punya hubungan sangat baik dengan sang solois, membuat saya juga kemudian akan memberikan pandangan-pandangan subjektif -untuk memberikan pengetahuan tentang siapa Ammy Kurniawan yang selama ini bukan cuma menghasilkan notasi demi notasi, tapi juga gagasan dan inspirasi-.

Let's Play Violin adalah album yang terbilang telat dihasilkan oleh pemain sekawakan Ammy. Padahal, karirnya di dunia musik sudah merentang begitu panjang. Selama menekuni bidang yang telah menjadi darah dagingnya selama lebih dari dua puluh tahun tersebut, Ammy malah lebih sering membantu artis lain dalam menelurkan album sebagai additional musician.

Namun bisa jadi, album ini bukannya "telat", tapi lebih ke arah: "menunggu waktu yang tepat". Memang iya, setelah mencoba membuat album solo sejak lima belas tahun terakhir, Ammy akhirnya berhasil merampungkan di puncak kematangan bermusiknya. Isi tujuh lagu dari album ini semuanya berisi karya komposisi dari Ammy sendiri, baik yang instrumental maupun yang berlirik; baik yang menggebu-gebu maupun yang mendayu; baik yang etnik maupun yang kontemporer; baik yang rumit dan secara teknik menantang maupun yang sederhana tapi mendalam.

Di lagu pembuka berjudul Kaulinan misalnya, Ammy menunjukkan kepiawainnya sebagai seorang composer-player dengan membuat lagu bernuansa kedaerahan, tapi dengan progresi demikian rumit dan tidak memberi celah bagi pendengar untuk "bernapas" karena kerap mengalami perubahan struktur dari bagian ke bagiannya. Lagu kedua, HAS, yang ditulis Ammy untuk istrinya, adalah lagu samba dengan pembukaan yang manis. Melodinya tidak rumit dan bisa dengan cepat menempel di kepala. Menunjukkan bagaimana kemampuan berempati Ammy terhadap pendengarnya.

Lagu ketiga adalah lagu terbarunya berjudul Sunset in Bratislava yang ia tulis ketika berkunjung ke Eropa Timur beberapa bulan silam. Sekilas, lagu mendayu ini adalah lagu sederhana yang bahan dasarnya hanya terbuat semata-mata dari ekspresi belaka. Namun pasang telinga lebar-lebar untuk mendengarkan perubahan pada akornya dan akan kita dapati kemahiran Ammy -yang juga bermain gitar di seluruh lagu di album ini- dalam memainkan harmoni.

Lagu keempat adalah karya lama Ammy yang berjudul Duo Etude. Lagu ini terdengar punya nuansa klasik yang kuat dan dimainkan dengan tutti yang solid. Duo Etude adalah murni pertunjukkan keterampilan antara gitar dan biola, dengan juga sedikit sentuhan flamenco dan nada-nada phyrgian.

Di lagu kelima, Ammy menunjukkan kepiawaiannya dalam menulis lagu berlirik. Lagu berjudul Hidup tersebut dinyanyikan oleh penyanyi balada Mukti Mukti untuk menambah kuat kesan "perjalanan". Di beberapa bagian gitar, terdengar sejumlah kesalahan pijit yang ketika dikonfirmasi, Ammy mengatakan, "Awalnya memang salah pijit, tapi ketika hendak re-take, saya pikir tidak usah dikoreksi karena hidup itu juga dipenuhi kesalahan."

Di lagu keenam, Ammy menulis karya cukup baru yang ia hasilkan dari kunjungannya ke Lombok. Lagu berjudul Menarilah adalah lagu berirama calypso dan sanggup membawa imajinasi kita ke pantai. Meski tampak sebagai sebuah lagu yang riang gembira dan tidak punya pretensi apa-apa, Ammy tetap memasukkan bagian agak rumit di tengah-tengah lagu (saat solo) yang menunjukkan bagaimana pengaruh komposisi violinis lain seperti Jean Luc Ponty terhadap musiknya.

Lagu terakhir yang berjudul Encore adalah karya Ammy yang ditulis sekitar setahun lalu untuk konser tunggalnya. Lagu yang biasa ditempatkan sebagai perpisahan ini -seperti lagu Sayonara atau Gelang Sipatu Gelang- mengandung sejumlah bagian yang diulang-ulang yang agaknya ditujukan untuk perkenalan pemain di akhir sebuah acara. Meski demikian, lagu ini juga tetap mengandung kompleksitas lewat sejumlah tutti yang rapat.

Album perdana pemain kelahiran 29 Januari 1970 itu berdurasi total relatif singkat, yaitu sekitar 46 menit. Meski demikian, tujuh lagu yang disajikan adalah lagu yang sudah sedemikian disaring dengan pertimbangan keragaman.

Ammy adalah komposer yang produktif. Mungkin sudah puluhan lagu yang ia tulis, meski umumnya hanya dimainkan untuk kepentingan mengajar biola ataupun di pertunjukkan yang sifatnya tidak terlalu komersial (karena panggung komersial, biasanya menuntut lagu yang lebih dikenal). Lahirnya "Let's Play Violin" bisa jadi akan mendorong kemunculan album-album berikutnya dari Ammy.



Comments

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...