Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...
(Respons atas tulisan Aris Setyawan) (Artikel yang diturunkan dari Pop Hari Ini) Pada tanggal 27 Juli 2023, terbit tulisan berjudul Ketika Kritik Musik Merambah Media Sosial di situs Pop Hari Ini yang ditulis oleh Aris Setyawan. Dalam teksnya tersebut, Aris mengritik komentar-komentar tentang musik yang muncul di media sosial seperti Twitter, yang biasanya hanya berupa umpatan tidak berargumen. Bagi Aris, secara historis, kritik musik yang kredibel muncul dari media massa besar seperti Rolling Stone , The Guardian , New York Times , Pitchfork , atau Jakartabeat.net untuk konteks Indonesia. Alasannya, mengutip Idhar Resmadi dalam bukunya yang berjudul Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya , kritikus musik kerap nyambi bekerja sebagai jurnalis. Dengan demikian, kritik musik dan media massa adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kalaupun terdapat kritikus musik yang muncul dari luar sirkel jurnalis, hanya segelintir yang punya kapasitas mumpuni. Aris kemudia...