Skip to main content

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Musuh


Apa kesamaan Awal Uzhara dengan Musashi, Che Guevara, dan Don Vito Corleone? Jawabannya: Mereka sama-sama bicara tentang musuh.

Dari empat nama tersebut, tentu saja hanya Pak Awal yang saya mendengarkan buah pikirnya secara langsung. Lulusan Institut Sinematografi Gerasimov di Moskow itu mengungkap betapa orang Indonesia sejak Orde Baru begitu alergi dengan Rusia karena dianggap punya korelasi dengan paham komunisme. Pak Awal membeberkan fakta menarik bahwa partai komunis bukan lagi yang berkuasa di sana. Selain itu, masyarakat Rusia pun sudah tidak menjadikan paham komunis sebagai sentral kehidupannya -jauh dari ketika Lenin atau Stalin yang berkuasa-. Intinya, orang-orang Indonesia tak perlu lagi alergi dengan segala hal yang berbau Rusia dan komunisme. Kalaupun alergi, kata Pak Awal, "Biasanya mereka tak paham-paham amat soal Rusia. Juga tak paham-paham amat soal komunisme." Di akhir pertemuan itu ia memberi satu kalimat yang menarik, "Jika menganggap Rusia dan komunisme sebagai musuh, kita harus mengetahui sungguh-sungguh musuh kita itu kan?"

Apa pendapat yang lainnya tentang musuh? Musashi berkata -tentu saja Eiji Yoshikawa, sang pengarang tokoh ini yang sesungguhnya berkata- bahwa musuh adalah guru yang menyamar. El Che mengatakan sesuatu tentang musuh. Katanya, "Kasihan orang yang tak punya teman, tapi lebih kasihan lagi orang yang tak punya musuh." Tokoh fiktif yang diperankan Marlon Brando dalam film Godfather bernama Don Vito Corleone menasihati anaknya, Michael Corleone, untuk tidak membenci musuh. Kenapa? Karena membenci musuh akan merusak penilaianmu akan dirinya. Ada apa sesungguhnya dengan musuh? Kenapa ia begitu penting untuk dibicarakan ketika peribahasa yang berkembang di antara kita justru adalah "seribu teman terlalu sedikit, sedangkan satu musuh terlalu banyak"? 

Dalam sebuah cerita yang ditulis oleh Kahlil Gibran (saya lupa di buku yang mana ia tulis cerita ini), ada cerita tentang setan. Setan ini tengah sekarat dan kondisinya menjelang ajal. Seorang pendeta yang tak sengaja berjumpa dengan setan, kemudian terkesiap dan mengeluarkan pedang. Pendeta akan membunuhnya. Setan berkata tunggu, sebelum membunuh, biarkan ia bercerita banyak. Setan kemudian bertutur panjang lebar tentang betapa penting arti dirinya bagi kehidupan, bagi manusia, dan juga bagi si pendeta. Setan bertanya, "Katakan padaku wahai, pendeta, apakah yang akan memotivasimu untuk tetap beribadah, jika aku mati kelak?" Pendeta kebingungan menjawabnya dan akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan si setan. Ia membasuh lukanya dan membopong setan ke tempat dimana ia bisa dirawat.

Tentu tidak sulit menemukan korelasi antara paragraf awal tentang musuh, dengan keberadaan setan yang dipertahankan hidupnya dalam cerita Gibran. Suatu pesan bisa kita tarik: Keberadaan musuh harus senantiasa kita pelihara sebagai daya hidup dan juga guru kehidupan yang paling tersembunyi tapi bertuah. Jika kamu terlalu khawatir untuk menciptakan musuh dalam kehidupanmu, agama punya cara yang menarik dengan mempersonifikasikan musuh dalam bentuk yang abadi yakni setan. Demikianlah hidup kita, sekurang-kurangnya, senantiasa ada dan bergairah karena punya motivasi terselubung untuk membuat setan mengaku kalah. Namun problemnya, tak banyak orang mematuhi petuah Don Vito soal betapa pentingnya mengenali lawanmu tanpa dikotori perasaan benci. Setan dianggap menjijikkan sebelum ada yang mau berbincang dengannya secara terus terang. Sama halnya dengan komunisme dianggap bahaya laten karena memuat soal ateisme padahal mereka yang sungguh-sungguh membaca karya Karl Marx pastilah sulit mengorelasikan komunisme murni dengan ateisme.

Setan sebagai simbolisasi musuh, atau musuh sebagai simbolisasi setan, tak semata-mata harus diciptakan. Ia juga harus digauli dan diajak bicara sehingga menjadi guru yang senantiasa mengajarkan kehidupan bagi kita dari sudut pandang yang kadang tak sanggup terjangkau oleh mata seorang malaikat. Itu sebabnya sungguh tak bijak jika kita menyebutkan bahwa segala yang baik datang dari Tuhan, sedang segala yang buruk datang dari setan. Dalam kacamata yang lebih luas, kita akan melihat bahwa Tuhan dan setan keduanya punya hak untuk memberikan pengajaran bagi manusia dengan caranya sendiri.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...