Skip to main content

Komentar atas Madilog (Bab Filsafat)

Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...

Puisi Substitusi


Ada yang tak tergantikan oleh emoticon, yakni lesung pipit dan guratan wajah yang menua.

Ada yang tak tergantikan oleh mobil, yakni jalan kaki sambil meneriakkan sebaris kalimat dari Gibran, "Kura-kura bercerita lebih banyak tentang jalan daripada kancil!"

Ada yang tak tergantikan oleh SMS Lebaran, yakni perjuangan untuk berjumpa dan sekedar merasakan kulit tangan kala bersalaman.

Ada yang tak tergantikan oleh Playstation, yakni kesabaran untuk menantikan pergantian musim demi main layangan.

Ada yang tak tergantikan oleh E-book, yakni bau debu dari rak dan buku tua.

Ada yang tak tergantikan oleh marmer dan pendingin di antara bukit Safa dan Marwa, yakni perjuangan Siti Hajar demi anak-anaknya.

Ada yang tak tergantikan oleh telepon seluler, yakni perasaan deg-degan ketika dikunjungi tamu, tanpa lebih dulu menerima SMS, "Gue udah di depan."

Ada yang tak tergantikan oleh e-mail, yakni guratan tangan yang merepresentasikan perasaan, serta kesabaran menunggu pak pos membunyikan bel sepeda.

Ada yang tak tergantikan oleh televisi, yakni kebenaran yang tampak oleh mata kepala sendiri.

Ada yang tak tergantikan oleh Blackberry, yakni kehangatan duduk bersama di meja makan. Membicarakan apa yang baru saja terjadi di sekolah.

Ada yang tak tergantikan oleh McDonald, yakni nikmatnya menanti hidangan sambil berbincang, tanpa khawatir diteror waiting list.

Ada yang tak tergantikan oleh alat musik harpa sekalipun, yakni dinamika angin yang berhembus piano serta gelegar petir yang fortissimo.

Ada yang tak tergantikan oleh gedung pencakar langit, yakni rumah beratap jerami yang tak pernah khawatir oleh gempa.

Ada yang tak tergantikan oleh asuransi kesehatan, yakni perasaan orang gila yang tak pernah sakit meski memakan segala.

Ada yang tak tergantikan oleh Facebook, yakni mendalami pribadi manusia dari percakapan tatap muka. Bukan foto-foto dan profil yang sudah dipilih sedemikian eloknya.

Ada yang tak tergantikan oleh lampu, yakni kesabaran menanti matahari yang pasti akan terbit kembali.

Ada yang tak tergantikan oleh kamera, yakni usaha menggali kembali ingatan dan kenangan yang lebih hidup dan nyata karena tersimpan sejati di dalam hati.

Ada yang tak tergantikan oleh sekolah tinggi-tinggi, yakni kesadaran bahwa pengetahuan hakiki berasal dari pemaknaan pribadi.

Ada yang tak tergantikan oleh Sorabi Enhai, yakni hangatnya pembakaran sorabi di tengah tusukan angin subuh.

Ada yang tak tergantikan oleh tahu-tahu dengan pengawet, yakni Tahu Cibuntu di dalam panci yang baru diangkat langsung dihidangkan.

Ada yang tak tergantikan oleh Kangen Band dan Putri Ayu, yakni The Beatles, Led Zeppelin, Metallica, dan mereka-mereka yang mau berjuang demi pencitraannya sendiri.

Ada yang tak tergantikan oleh wahyu Ilahi pada Muhammad, yakni wahyu Ilahi pada seluruh manusia lewat tuturan semesta.

Ada yang tak tergantikan oleh bahasa, yakni kedalaman tatapan mata.



Udah ah, cape..

Comments

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...