Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...
Di permukaan, pasangan saya adalah perempuan yang cantik dan supel. Senyumnya hangat, pembawaannya luwes, dan ia tahu cara menempatkan diri dalam berbagai situasi. Tapi seperti banyak orang yang tampak “baik-baik saja”, ada lapisan yang tidak mudah dilihat. Luka-luka yang tak berbentuk, tapi terasa. Trauma yang tidak selalu muncul sebagai tangis, tapi terkadang menyusup lewat kemarahan kecil, atau jarak yang tiba-tiba hadir di antara kami.
Dalam sebelas tahun hubungannya dengan mantan suami, partner saya itu mengalami banyak hal yang tidak semua orang sanggup ceritakan ulang. Dan sering kali, luka itu tidak perlu diceritakan untuk bisa hidup kembali—cukup satu gestur saya yang keliru, satu kalimat yang tak sengaja menyinggung, atau bahkan satu momen yang mirip dengan masa lalunya, dan semuanya seperti terulang. Bukan salahnya, bukan sepenuhnya salah saya juga. Tetapi itulah hidup bersama seseorang yang membawa masa lalu yang belum selesai: kita belajar bahwa cinta tidak hanya soal berbagi bahagia, tapi juga menerima bahwa sesekali, kita bisa jadi pemantik dari luka yang bukan kita ciptakan.
Perjalanan ini berat. Saya tidak akan memolesnya menjadi kisah romantis yang mulus. Tapi saya belajar satu hal penting: permakluman atas masa lalu seseorang bukanlah kelemahan, melainkan bentuk keberanian untuk memahami manusia secara utuh. Saya tidak ingin mencintai partner saya itu hanya karena senyumnya, caranya bicara, atau bagaimana ia memeluk saya ketika tenang. Saya ingin mencintainya juga ketika ia sedang rapuh, sedang tertutup, bahkan ketika ia tidak bisa menjelaskan kenapa ia menjauh. Karena di balik setiap sikapnya hari ini, ada sejarah yang membentuknya. Dan saya ingin memahami sejarah itu, bukan melawannya.
Tidak semua orang memilih jalan ini. Ada yang lebih nyaman menilai orang lain hanya dari apa yang tampak sekarang. Kita terlalu cepat berkata “toxic” tanpa bertanya dari mana racun itu berasal. Kita terlalu cepat memutuskan seseorang baik atau buruk tanpa duduk sebentar di kisah yang membentuknya. Tapi bagi saya, mencintai seseorang berarti juga membuka ruang untuk masa lalunya. Bahkan ketika masa lalu itu menyakitkan. Bahkan ketika kita bukan penyembuhnya.
.png)
Comments
Post a Comment