Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...
Hampir tiga bulan saya menjadi pejalan. Mengarungi satu per satu peristiwa untuk memahami maksudnya. Sebenarnya mungkin saja segalanya terjadi tanpa suatu maksud. Namun dengan menerka-nerka maksud, setidaknya peristiwa seburuk apapun tak menjadi terlampau mengecewakan. Jika kematian tak memiliki maksud apa-apa kecuali semata-mata keniscayaan biologis, maka narasi hidup bisa kehilangan maknanya. Bahkan usaha para nihilis untuk menganggap kematian sebagai semata-mata ketiadaan juga adalah semacam usaha menemukan maksud. Terlebih lagi dalam suatu peristiwa yang katakanlah penderitaan, memberi maksud memang terkesan eskapis, tapi setelah dipikir-pikir: apa salahnya bersikap eskapis? Sama saja, seseorang belajar, bekerja, berkeluarga, dalam arti tertentu juga menjadi eskapis, bentuk pelarian dari kecemasan eksistensinya. Jadi tak melulu hal-hal "abstrak" seperti "hikmah", "makna", atau bahkan "kehendak Tuhan" bisa dituding sebagai eskapis, karena d...