Skip to main content

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Profesionalisme


Dalam Mahabharata, terdapat satu kisah yang cukup terkenal bernama Bhagavad Gita. Ini adalah cerita tentang bagaimana kegalauan Arjuna ketika akan berhadapan dengan saudara-saudaranya sendiri yaitu Kurawa. Arjuna kemudian mengadukan keluh kesahnya ini pada Dewa Krishna tentang dilema moral apakah ia sebaiknya berhenti atau meneruskan pertarungan walaupun dengan risiko membunuhi saudara-saudaranya. Jawaban Dewa Krishna adalah, "Kamu adalah prajurit, tugasmu berperang. Biarkan mencabut nyawa menjadi urusanku."

Etika yang ditawarkan Bhagavad Gita cukup jelas. Moralitas tertinggi dari bekerja adalah pekerjaan itu sendiri dan bukan konsekuensi dari pekerjaannya. Ini mungkin juga semacam seruan bagi kita yang kadangkala meremehkan pekerjaan orang lain yang gajinya kecil atau punya nilai status sosial rendah di mata masyarakat. Mengacu pada apa yang diucap oleh Dewa Krishna, mereka adalah mulia jika bekerja sepenuh hati.

Kemudian dunia modern mengenal konsep profesionalisme dalam pekerjaan yang juga mengandung etikanya tersendiri. Sekilas, etika dalam profesionalisme ini sejalan dengan apa yang digariskan dalam Bhagavad Gita, bahwa keduanya haruslah bekerja keras dalam bidangnya. Namun profesionalisme ini, jika kita perhatikan, basis dari bekerja kerasnya adalah terlebih dahulu setelah mengetahui konsekuensinya. Para profesional dapat didefinisikan sebagai mereka yang bekerja sesuai dengan apa yang sudah dibayarkan kepadanya. Jika ia dibayar satu juta, maka ia harus bekerja seharga satu juta itu. Jika ia dibayar seratus ribu, maka ia harus bekerja seharga seratus ribu itu. Jika ia bekerja di bawah harga yang dibayarkan kepadanya, maka ia gagal secara etis atau kita biasa menyematkan predikat kepadanya yaitu "tidak profesional".

Tapi agaknya dunia modern dengan profesionalismenya tidak memberi tempat bagi etika Bhagavad Gita. Bhagavad Gita justru berbicara tentang 'lupakanlah konsekuensi'. Manusia harus bekerja, karena bekerja adalah suatu kebaikan pada dirinya sendiri. Dewa Krishna seolah mau berkata tentang, "Jikapun tidak ada uang atau imbalannya, pekerjaan itu harus dilakukan sepenuh hati." Karena, iya, dalam Bhagavad Gita, konsekuensi dari pekerjaan kita bukanlah urusan kita, seperti halnya Dewa Krishna mengatakan tentang "nyawa adalah urusanku". 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...