Skip to main content

Komentar atas Madilog (Bab Filsafat)

Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...

Madinah Al-Munawwarah

Aku jatuh hati
Pada kota yang sempat Nabi singgahi
Jejak pertamaku ada di kala subuh
Adzannya berkumandang
Sayup membelah langit Arab
Speakernya pasti berkualitas dan sadar lingkungan
Tak membangunkan orang yang tengah lelap

Kuberjalan cepat menuju masjidmu, Ya Rasulullah
Masjid yang letaknya ditentukan oleh instingmu via Al-Qishwa
Lalu kulihat megahnya bangunan
Arsitektur Spanyol ala Cordoba
Subhanallah, tak percaya aku ada disini
Shalat berjamaah bersama ribuan entah puluh ribuan Arab
Lalu kudengar imam mengucapkan takbir, fathihah, dan surat pendeknya
Kuingat. Syahdu:

Wailullil muthaffifiin. Alladziina idzak taaluu 'alannaasiyastawfuun.

Kututup shalat dengan salam
Bangun aku menghirup dalam-dalam aroma Madinah
Kulihat langit berwarna keunguan
Tanda matahari siap menyembul dari gunung-gunung tandus
Kukitari kota dan kuamati manusia
Semua sibuk dengan urusannya seperti biasa
Tapi entah perasaanku saja atau memang iya:
Amboi damainya

Tak ada kekhawatiran seperti di alun-alun Bandung
atau di sudut manapun Jakarta
Ini kota yang sulit untuk tidak menanggalkan hatimu
Warga tampak tak punya sindrom alienasi metropolitan
Tidak ada perasaan sendiri di tengah hiruk pikuk
Mereka seolah percaya Muhammad masih hidup
Berkeliling kota setiap hari dengan untanya
Melihat kejujuran takaran timbangan dan tutur ucapan
Mendoakan setiap jengkal Madinah agar senantiasa disinari

Al Munawwarah

Dari Bukit Uhud imajinasiku merekontruksi
Menengok Raudhah kubayangkan Nabi berdiri
Berziarah ke makamnya aku bertanya nakal:
Orang macam apa Muhammad itu
mampu mempunyai pengikut tiada habisnya
Pagi siang malam shalawat dan salam bagi ia
Entah berapa juta orang mati membela ajarannya
Ia hidup hanya enam puluh tiga tahun
Tapi tak ada tanda-tanda namanya akan lenyap
hingga ribuan tahun ke depan

Aku menanggalkan hatiku di Madinah
Jika Rasulullah menemukannya tergeletak di jalan
Lancanglah aku jika meminta Rasul memungutnya
Masih lebih baik baginya memunguti sisa biji kurma untuk ditanam ulang

Assalamu 'alaika ayyuhan Nabi wa rahmatullah

Comments

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...