Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri. Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...
Cerita Sahur adalah kumpulan e-mail pribadi yang dikirimkan pada kekasih saya, N, setiap harinya selama Ramadhan 2025. Beberapa akan diunggah di blog atas seizin N. Ini adalah surat imajiner untuk Kang D, mantan suami N: Kang D, Kalau manggil A, rasanya terlalu akrab ya, soalnya kita belum pernah bertemu. Saya suka kepoin IG Akang, senang sekali melihatnya. Cita-cita saya juga ingin jadi musisi, Kang. Dulu pernah belajar gitar klasik dan jazz, tapi ya manggung seadanya saja, banyak yang jauh lebih jago, terutama anak-anak muda sekarang, hehehe. Jadi pas lihat Akang, wah keren sekali, bisa mengejar passion sampai ke Bali. Kang D, ini N—yang biasa Akang panggil dengan apa ya—sekarang, Insya Allah, saya yang menjaganya. Akang bisa tenang mengejar cita-cita Akang. Walaupun hati N sudah banyak luka dari masa lalu, saya menerima segala kurang lebihnya. Saya pun bukan tanpa kesalahan. Pernah menikah dua kali, keduanya gagal, jadi sudah pasti pernah punya pengalaman menggor...