Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...
Dalam kondisi trans, seorang dukun suku Aztec mengalami visi yang membuatnya dapat melihat suatu kejadian di masa datang. Beliau dikitari oleh masyarakat sebangsanya yang tak sabar menanti sang dukun mau berkata apa tentang yang dilihatnya. Dalam api unggun yang sendu dan malam berbinar bintang-bintang, suara jangkring dan lolongan serigala menemani suasana, sang dukun kembali dari perjalanannya. Ia pun bercerita:
"Wahai saudara-saudaraku. Telah kulihat sebuah upacara."
"Upacara? Seperti yang kita lakukan selama ini?"
"Tepat. Tapi yang ini lebih aneh. Aku takut."
"Bagaimana? Ceritakan."
"Mereka berjajar berpakaian seperti harimau. Banyak dan sama semua. Di kepalanya ada kulit dari binatang entah apa, pokoknya ekornya masih berjuntai di sana."
"Lalu datang dua orang dari mereka membawa panji-panji yang mungkin terbuat dari kulit sapi. Dalam alunan musik dan tetabuhan yang tak kukenali, mereka mengiringi masuk rombongan-rombongan pemimpin kepala suku."
"Mereka berasal dari desa apa, Guru?"
"Aku tak tahu, mereka tinggal di gua-gua yang mungkin terbuat dari kayu. Api unggunnya diletakkan di langit-langit seperti iblis membawa obor. Dan yang paling menjijikkan, ada burung garuda yang diawetkan disana!"
"Mengerikan. Teruskan, Guru."
"Lalu diantara mereka ada yang memberi semacam mantra dalam bahasa yang tak kukenali. Namun aku yakin itu semacam upacara pelepasan sebelum mereka berburu ke hutan-hutan."
"Di sela-sela perayaan suku tak beradab itu, beberapa diantaranya menggenggam bunga yang dipetiknya dari mana-mana, untuk kemudian diserahkan pada sesamanya yang, sepertinya, lebih tua."
"Aku tak bisa melupakan juntaian ekor binatang yang ditempelkan di kepalanya. Sungguh biadab! Lalu mereka satu per satu menghampiri kepala suku. Dan sepertinya juntaian di kepala itu sungguh menjadi bahan penilaian si kepala suku tentang kematangan sang pemburu. Sang kepala suku seringkali memandangi dengan tersenyum sambil memeganginya!"
"Lalu.."
"Lalu, mantra lagi, mantra lagi. Nyanyian lagi, nyanyian lagi. Dan juntaian itu, kau tak akan mau melihatnya: Mereka semua melemparkannya ke angkasa! Pada iblis api unggun, pada garuda bermata kosong, pada panji-panji kulit sapi."
Sang dukun mulai tenang. Yang lain tak henti-hentinya mengucap istighfar dalam bahasa Aztec.
.png)
Hahahaha.. bagus, Rif!
ReplyDeletekeren... keren euy tulisan na pasca Barca juara mah :p
ReplyDelete