Skip to main content

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Definisi Seni yang Kubaca dan Kudengar

 

Kata manusia yang tinggal di gua, seni adalah gambaran dan harapan tentang cuaca dan hewan buruan.

Kata dramawan Yunani, seni adalah ketika orang kaya memainkan tragedi, dan orang miskin memainkan komedi.

Kata Plato, seni adalah ekspresi yang diturunkan dari dunia ide, tempat kita pernah hidup, sebelum lahir ke alam eksistensi ini.

Kata Aristoteles, seni adalah segala yang simetris, yang bentuk-bentuknya bisa diukur secara matematis.

Kata orang-orang Persia, seni adalah cara untuk mengagungkan kekuasaan sang raja.

Kata peradaban Islam, seni adalah kerendahan hati agar ciptaanmu tidak menandingi ciptaan-Nya.

Kata Gian Lorenzo Bernini, seni adalah bagaimana kamu bisa memuaskan selera keluarga Medici.

Kata Immanuel Kant, seni adalah segala sesuatu yang tidak punya fungsi dan kepentingan.

Kata Arthur Schopenhauer, seni adalah cara untuk menyadari, bahwa eksistensi manusia adalah begitu menyedihkan.

Kata Friedrich Nietzsche, seni adalah gejolak Dyonisian, yang dalam mabuknya itu, manusia menemukan kedalaman.

Kata Martin Heidegger, seni adalah kegelisahan manusia yang takut akan mati.

Kata Joseph Goebbels, seni adalah propaganda agar bangsa Aria semakin bangga akan dirinya.

Kata Vladimir Lenin, seni adalah sesuatu yang harus kita arahkan kepentingannya pada rakyat, dan tidak malah menjadi ilusi bagi kesadaran mereka.

Kata Andrei Zdhanov, seni adalah glorifikasi bagi ideologi. Pemujaan terhadap komunisme yang pasti akan jaya.

Kata Pablo Picasso, seni adalah segala yang tertanam pada diri anak-anak, sebelum hilang pelan-pelan ketika masuk fase kedewasaan.

Kata Vincent Van Gogh, seni itu barang tidak laku. Bikin frustrasi sampai harus potong kuping sendiri.

Kata Jean Michel Basquiat, seni adalah ketika Andy Warhol mengatakan itu adalah seni.

Kata Andy Warhol, seni bisa jadi adalah makanan kalengmu sendiri

Kata Museum Louvre, seni adalah Monalisa yang dipajang, yang membuatmu merasa terhormat berdiri di depannya.

Kata Oscar Wilde, bukan seni yang mengimitasi hidup, tapi hiduplah yang mengimitasi seni.

Kata Marcel Duchamp, seni adalah apapun yang dipajang di galeri, termasuk tempat kencingmu sendiri.

Kata Bertolt Brecht, seni tidak mungkin terjadi, tanpa sebelumnya kenyang oleh roti.

Kata Augusto Boal, seni adalah forum tempat rakyat menyuarakan pendapatnya.

Kata Jackson Pollock, seni adalah coretan ngasal yang harganya bisa bermiliar-miliar.

Kata Arthur Danto, seni sudah mati.

Kata pelukis Mooi Indie, seni adalah kemolekan alam nusantara, untuk kita jual itu pada pihak kolonial.

Kata Sudjojono, seni adalah jiwa kethok.

Kata Fabianus Heatubun, seni adalah produk seniman yang posisinya dalam masyarakat adalah selayaknya begawan.

Kata Arief Yudi, seni adalah partisipasi warga Jatiwangi, yang jikapun partisipasi ini menjadi masalah, maka ia tinggal pulang ke rumah ibunya sendiri.

Kata Mohamad Sonjaya, seni adalah cara untuk menghaluskan perasaan.

Kata Tisna Sanjaya, seni adalah doa.

Kata tim sukses pilwalkot, seni adalah bagaimana membuat warga ingat wajah dan nomor mana yang harus dicoblos di kemudian hari.

Kata Jalu Rohanda, seni adalah bukan main di televisi di acara Uya Kuya.

Kata Opik Bape, seni adalah segala harmoni yang ditimbulkan dari keakraban di Ruang Putih.

Kata Dwi Cahya Yuniman, seni adalah jazz.

Kata Yampan, pegawai di rumah, seni adalah membantu Bapak mengerjakan karya.

Kata Bapakku, seni adalah tai.

Tapi tanpa tai, manusia tidak dapat hidup.

Comments

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...