Skip to main content

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Filsafat Komunikasi: Dari Sokrates hingga Buddhisme Zen


Judul Buku: Filsafat Komunikasi: Dari Sokrates hingga Buddhisme Zen
Genre: Filsafat
Penulis: Syarif Maulana
Penerbit: Publika Edu Media
ISBN: 978-602-71415-2-0
Tahun Terbit: 2015
Jumlah Halaman: 134
Harga: Rp. 45.000

Ulasan:
Ilmu komunikasi, meski relatif baru mengemuka sebagai wacana akademik -posisinya sering tenggelam oleh reputasi ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial-, namun sebenarnya ia sudah dipelajari jauh ratusan tahun sebelum masehi. Para filsuf dari Yunani dan Romawi seperti Sokrates, Aristoteles, hingga Cicero, masing-masing mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang seputar penyampaian pesan. Dalam buku ini, kita akan berpetualang menjelajahi khazanah pemikiran mulai dari zaman kuno, modern, hingga ke Timur. Ziarah ini akan membawa kita pada suatu kesadaran bahwa komunikasi bukan sekadar suatu ilmu tempelan yang bisa dipelajari dalam hitungan bulan. Komunikasi punya filsafatnya sendiri. Tajam dan menukik hingga ke kedalaman.

Testimoni:
Buku ini cukup ringkas dan memaparkan sejarah muatan filosofis dalam komunikasi. Karena penulisannya cukup ringan dan runtut, maka buku ini cukup enak dibaca. Lagipula paparan-paparan teori filsafat komunikasi diberi komentar-komentar oleh penulis sehingga pembaca lebih memiliki "suplemen" analitik. Dalam beberapa hal buku ini membawa kita pada cakrawala besar kebudayaan manusia sebagai makhluk yang berbicara. -Yohan Slamet Purwadi (Doktor Ilmu Filsafat dari Indonesian Consortium for Religious Studies, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta)

Sangat komprehensif dalam mencakup serba-serbi filsafat komunikasi dari yang kuno sampai yang kontemporer. Buku ini saya pikir sangat baik untuk digunakan oleh para siswa-siswi Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Atas, baik sebagai bagian dari bahan ajar sosiologi mikro (interaksionisme simbolis) maupun bahan rujukan untuk menyusun karya ilmiah, presentasi, ataupun debat. -Jasiaman Christian Damanik (Guru Sosiologi di Cahaya Bangsa Classical School)

Buku Filsafat Komunikasi yang ada di tangan pembaca budiman ini memiliki posisi sangat signifikan. Buku ini mencoba melakukan semacam "revitalisasi filsafat", yaitu menghidupkan kembali komunikasi sebagai sebuah problematika filsafat, yang telah dirintis oleh para filsuf klasik -seperti Sokrates, Plato, dan Aristoteles- akan tetapi dibunuh oleh filsafat modern, yang merayakan cogito sebagai pusat kebenaran tentang dunia. -Yasraf Amir Piliang (Pakar Semiotika)

Comments

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...