Skip to main content

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Nyanyian Cinta di Pagi Hari

Oh, judul yang norak. Tapi saya tak bisa menemukan yang lebih baik.



Hari Jumat adalah hari yang menyenangkan selain hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu. Karena salah satunya, hari itu adalah hari yang mana saya pilih untuk libur. Tak ada kegiatan terikat, kecuali tampil reguler di malam harinya. Maka itu saya sengaja bermalas-malasan di pagi harinya. Lama di tempat tidur, atau berjalan keliling kamar. Sekedar berpikir, mencari inspirasi, atau membuat pegal kaki. Sampai tiba-tiba, saya dikagetkan oleh bunyi HP sekitar pukul 08.15. Ah, paling pacar saya. Tapi ternyata bukan. Nomernya tidak dikenal. Lalu saya angkat.

"Syarif, kamu dimana?"
"Ini siapa?"
"Lioni, kamu dimana?"
"Lioni mana ya?"
"Itu Lioni yang kamu kira Mirna, dulu,"
"Hah? Di rumah, memang ada apa?"
"Rumah kamu dimana?"
Saya deg-degan.
"Eh, emang kenapa?"
"Cepetan. Rebana nomer berapa?"
"Nomer sepuluh. Emang kenapa?"
"Oke, gua kesana ya sekarang,"

Klik. Telepon ditutup. Hati saya berdegup. Wah, ada apa ini? Jujur, saya ada rasa panik dan ketakutan juga, ada orang pagi-pagi memaksa datang ke rumah. Saya mondar-mandir lebih cepat di dalam kamar. Sampai akhirnya terdengar tukang jamu memanggil dari luar. Saya keluar dengan cepat, ke teras rumah, memenuhi panggilan si tukang. "Ayu, anggur satu," Saya pesan anggur dalam gelas. Setelah itu, datanglah Lioni yang dimaksud. Dia bersama seorang lagi. Membawa gitar.

Dengan wajah heran saya sambut sambil keanehan, "Eh Lioni, kenapa ya?" Dia jawab dengan ceria, "Begini, kami membawa kiriman dari Dega, katanya kalian tujuh bulanan ya?" "Ssssst.. ayo masuk dulu masuk," Saya suruh mereka masuk, karena sepertinya ini sesuatu yang vulgar jika terdengar tukang jamu dan seisi rumah yang sedang ada kegiatan Yoga. Yoga, kau tahu, mereka bermeditasi, dan butuh ketenangan. "Oke, Lioni, ceritakan, kiriman apa gerangan?" Setelah kami semua duduk, berceritalah Lioni: "Tenang, kami bukan mengirim kamu gitar. Hehehe. Kami dari Kappalettas, dinamakan juga Telegram Bernyanyi. Jadi, Dega, pacarmu, mengirimkan kami untuk menyanyikan sebuah lagu, dan kau mesti duduk lalu mendengarkan."

WOW! Jantung saya serasa ditinju. Ada rasa haru, tapi kaget lebih mendominasi. Saya sulit rileks mendengarnya, karena Ya Tuhan, bagaimana mungkin pacar saya "tega" melakukan ini? Saking paniknya, saya sampai mau ambil gitar karena saya pikir, saya mesti ikut maen gitar! Tapi, ah, betapa bodohnya, saya kan penerima pesan, masa mau ikut melipatkan amplop? Oke, saya kembali duduk, dan setelah berusaha rileks, saya persilahkan mereka nyanyi. Lalu digenjrenglah gitar, dan Lioni ternyata yang menyanyikannya. Lagunya adalah Lucky I'm In Love with My Best Friend dari Jason Mraz.

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again

Saya mencoba mendengarkan liriknya baik-baik, karena pasti disitulah pesan telegramnya. Tapi sulit. Saya cuma bisa menangkap reffrain-nya saja. Karena saya terdominasi oleh perasaan haru. Bagi saya, pesan itu sudah diterima sebelum lagunya dinyanyikan. Bulat. Baik. Indah. Ketika telegram itu sendiri datang. Saya sudah senang seseorang yang saya kasihi mau mengirimkan surat, sebelum saya membuka amplopnya. Tidak banyak yang saya pikirkan selama mendengarkan lagu berdurasi kurang dari tiga menit itu, kecuali bahwa pagi itu sangat sangat terasa indah.

Lagu selesai. Saya beri tepuk tangan sekencang-kencangnya, yang saya yakini bisa membuyarkan para peserta Yoga. Tepuk tangan dari hati yang paling dalam. Pada sebuah pertunjukkan yang mencengangkan. Performa yang sederhana dan jauh dari gempita. Tapi hati ini merasa riuh dibuatnya. Saya tidak kuasa berhenti menyunggingkan senyum, baik di bibir maupun di batin. Saya ajak mereka, Lioni dan Pepeng (saya tahu namanya sesudahnya), berbincang sebentar. Terus terang, saya merasa bisnis ini unik dan kreatif. Kotasentrisme saya langsung keluar: Cuma di Bandung nih yang bisa begini. Hehehe. Kappalettas, katanya, berarti "lagu" dalam bahasa Finlandia. Memang bisnis ini fokus pada pengiriman telegram yang berisi lagu yang dinyanyikan langsung di depan penerimanya. Mendengar itu, saya malah mengusulkan, bagaimana jika sesekali pakai biola atau cello, agar efeknya lebih dramatis. Demikian akhirnya mereka pulang dengan membawa persetujuan bahwa sesekali pemakaian biola dan cello itu adalah ide yang sangat baik. Saya pun kembali ke kamar, menghubungi sang pengirim, dan kemudian tersiksa karenanya. Tersiksa kenapa? Karena saya bahagia, namun apa daya, cuma punya bahasa untuk mengungkapkannya.


Terima kasih, Wahdini Degayanti. Atas kirimannya. Atas kejutannya di pagi hari. Atas perhatian dan cintanya selama ini. Terima kasih.



Jet'aime Toujours.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...