Ramadhan adalah tamu yang mengetuk sanubarimu sekali saja
Tapi ia duduk lama setelah kau bukakan pintunya
Ia berkunjung untuk membicarakan kesunyian
Hingga kau terlelap dan ia pergi tanpa pamit
Kau tidur karena asyik berbincang dengannya
Sampai lupa menyuguhi apa-apa
---
Kala terjaga kau bermunajat:
Jangan pergi
Tinggalah semalam lagi
Karena lebaran, emasmu terlalu berkilauan
Perakmu terlampau menawan
---
Ramadhan mendengarkanmu dalam rintik hujan malam Qadar
Bersama bulan dan bintang sesungguhnya Ia pun bermunajat:
Ya Rabb, ijinkan aku mencintai manusia
Seperti embun mencumbui dedaunan
Seperti oase merekah di padang gersang
Mereka tak butuh balasan atas tugasnya yang memang demikian
---
Manusia meratap cuma sejenak
Sedang Ramadhan merintih sepanjang malam
Ia cemburu pada Lebaran
Yang merebut hati hamba-Nya cuma dengan ketupat
Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...
Subhanallah, cantiknya..
ReplyDelete