Tuhan telah mati, dalam doa bersama menjelang UN
Dibinasakanlah sifat ia yang Maha Baik
Menjadi baik untuk kelompok tertentu atas tujuan yang sempit
Tuhan telah mati, dalam ormas yang menghancurkan diskotik
Dibinasakanlah sifat ia yang Maha Memerintah
Titahnya telah dikudeta oleh gerombolan manusia
Tuhan telah mati, oleh pedang prajurit Perang Salib
Dibinasakanlah sifat ia yang Maha Esa
Karena masing-masing kubu merasa punya Satu untuk dibela
Tuhan telah mati, oleh suasana Ramadhan di sekeliling kita
Dibinasakanlah sifat ia yang Maha Luas
Menjadi sekedar acara televisi dan korden yang menutup jendela rumah makan
Tuhan telah mati, oleh pisau bernama BA-HA-SA
Ia tidak lagi meliputi seluruh keadaan
Tapi disempitkan oleh nama dan sesosok persona nun jauh di sana
O, Tuhan telah mati, kita semua yang membunuhnya!
Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...
Comments
Post a Comment