Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2022

Komentar atas Madilog (Bab Filsafat)

Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...

Olahraga

Olahraga bukan suatu kegiatan yang akrab dengan hidup saya. Meski demikian, ada masa-masa saya menyukai praktik olahraga, tepatnya sepakbola, hingga masa-masa kuliah S1 sebelum akhirnya mesti "pensiun" karena mengalami cedera serius pada lutut. Belakangan, terutama dalam dua tahun terakhir, saya mulai kembali rutin berolahraga meski kecil-kecilan lewat aerobik via instruktur di YouTube. Dulu, berolahraga punya tujuan yang ambisius, yakni ingin menjadi pemain sepakbola profesional. Sekarang, berolahraga bertujuan supaya sehat saja, memperbesar peluang untuk tetap hidup, meski belum tentu juga. Setidaknya dengan berolahraga, badan menjadi lebih segar.  Olahraga yang saya lakukan sekarang, tentu memerlukan waktu luang. Saya bisa berolahraga karena ada waktu santai, meski kadang memaksakan diri juga di tengah kesibukan. Namun saya memikirkan suatu masalah keadilan: apakah mereka yang tidak punya waktu luang, kemudian menjadi tidak punya waktu berolahraga, dan maka itu menjadi sam...

Pseudosains

Mungkin tampak jelas bagi sebagian dari kita untuk membedakan mana yang sains dan mana yang bukan. Pawang hujan jelas bukan sains karena seorang pawang bisa bicara tentang "kekuatan pikiran" dan "alat pengendali langit" untuk mengatur turunnya hujan tanpa bisa ditunjukkan apakah fakta bahwa hujan turun atau tidak benar-benar tergantung dari "metode" yang ia praktikkan atau bukan. Katakanlah seorang pawang hujan sudah melakukan ritual ini itu dan ternyata hujan tidak terjadi, maka dengan demikian "metode"-nya tersebut bisa dianggap sahih. Namun di sisi lain, bisa juga kejadian: pawang hujan sudah melakukan ritual ini itu tapi hujan tetaplah terjadi. Jika ditanya, pawang hujan tersebut biasanya menjawab, "Awan sudah kepenuhan dan harus dikurangi bebannya, maka itu dia tidak bisa tidak menurunkan hujan." Apapun yang ia katakan, semuanya tidak bisa dibuktikan. Bahkan meskipun ia menceritakan metodenya secara rinci, toh tidak semua orang bi...

Tentang Membaca Pemikiran Latour

Untuk kepentingan sebuah forum, saya diharuskan membahas pemikiran Bruno Latour yang sebelumnya hanya saya terima tipis-tipis dari diskusi antar teman dan kuliah Bu Karlina Supelli. Saya menerima tantangan tersebut dengan hanya mempunyai waktu dua minggu. Iya, dua minggu untuk mengkaji pemikiran dari seorang filsuf yang saya tidak pernah akrabi sebelumnya. Mengapa saya bersedia? Mungkin karena forumnya tidak filsafat-filsafat amat, dan juga Latour adalah pemikir kontemporer yang baru meninggal bulan lalu, sehingga tentu mudah untuk mengakses video-video kuliahnya. Memang tidak sukar menemukan videonya yang cukup banyak itu, baik saat ia memberikan ceramah maupun menjawab wawancara, tetapi ternyata gagasannya tidak mudah juga untuk dicerna. Bahkan dalam beberapa hari pertama saya mulai menggeluti pemikiran filsuf Prancis itu, saya nyaris putus asa.  Setelah menyerah dengan buku primer, saya mengalihkan bacaan ke buku sekunder yang ditulis oleh Gerard de Vries. Pengantar yang diberik...

Varian

Meski minum kopi setiap hari, saya tidak terlalu paham dengan varian kopi yang banyak itu. Mungkin saya tahu sedikit tentang vietnam drip, V60, karena keduanya begitu mencolok dari tampilannya. Atau saya juga tahu ciri khas espresso yang kuat dan bisa diminum sekali teguk itu. Namun sisanya saya tidak terlalu tahu bedanya dan bahkan tidak terlalu tertarik untuk mengetahuinya. Hal yang lebih penting bagi saya adalah kopi itu jangan manis karena masalah gula darah saya yang tinggi. Jadi pesan kopi apapun saya cuma menambahkan pesan, "Jangan manis ya." Jangan tanya perbedaan cappuccino dan caffe latte, saya paling bingung, meski sudah dijelaskan berkali-kali oleh Si Barista.  Justru saya jadi bertanya-tanya, mengapa segala sesuatu mesti memiliki varian? Kopi ya kopi, mengapa harus ada detail yang membedakan antar jenis kopi? Supaya apa? Tidak hanya pada kopi, tapi juga pada es krim, rokok, steak, bahkan teh. Mengapa kita tidak kembali saja pada fungsi esensial dari masing-masing...