Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2012

Komentar atas Madilog (Bab Filsafat)

Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...

Awal Uzhara

Baru saja, pagi tadi, saya bertemu seorang tua bernama Pak Awal Uzhara. Ia adalah dosen di Jurusan Sastra Rusia yang menghabiskan lebih dari separuh hidupnya di Rusia untuk salah satunya kuliah di bidang perfilman dokumenter. Usianya saya kira 75 tahun, tapi ternyata ia lebih tua lagi. Hal itu terungkap dari cerita yang ia paparkan sendiri, "Waktu saya bekerja di Radio Moskow tahun 1995, usia saya enam puluh tahun.." Artinya, jika dihitung, maka usia beliau sekarang 82 tahun! Tentu saja kita tidak sedang membahas usia seseorang. Apa yang membuat saya sedemikian tertarik adalah tentang bagaimana pose Pak Awal ketika saya temui di perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UNPAD. Ia sedang membaca, tenang sekali, di bawah sorot lampu baca. Tangannya meraba-raba kertas untuk membantu dirinya memerhatikan detail baris demi baris. Sesekali beliau memberikan sedikit coretan di atasnya entah berisi catatan apa. Apa yang dilakukan Pak Awal secara persis saya tidak paham, tapi yang pasti ...

Jiwa yang Sangat Dalam

"...Janganlah hanya memetiki dedaunan, Atau menyibukkan diri dengan rerantingan. " Novel Musashi karya Eiji Yoshikawa, yang sedari saya kecil menghiasi rak buku di rumah, tak pernah sekalipun saya sentuh. Sampai akhirnya, beberapa bulan silam, saya mendengar Heru Hikayat, seorang kawan yang kurator, menyinggung nama Musashi dalam suatu diskusi. Saya bilang dalam diri, "Hey, rasanya novel itu menghiasi ingatan masa kecil saya. Apa tidak sebaiknya saya baca agar setidaknya ibu bangga karena novel kesayangannya dibaca sang anak?" Singkat cerita, ibu mengatakan bahwa novel itu sudah hilang entah kemana. Saya akhirnya membeli di sebuah mal di Jakarta. Novel terkenal ini masih bertebaran dan mudah ditemukan. Dua bulan lebih saya baru sanggup menyelesaikannya. Penyebabnya dua hal: Saya memang bukan pembaca novel tebal. Ini adalah tahap dimana saya merasa perlu belajar membaca novel yang ketebalannya seperti KBBI. Sehingga, saya belum terbiasa mengatur tempo ...