Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...
"Gue sih apa-apa bebas aja, yang penting idup gue gak ngerugiin orang lain." Kita sering mendengarkan prinsip semacam ini dari teman-teman kita, atau bahkan etika ini jadi pedoman kita sendiri. Etika teleologis adalah etika bertujuan. Sering disebut juga sebagai etika konsekuensilisme. Bunyi kredonya kira-kira: "Segala sesuatu adalah baik selama berakibat baik." Lawan dari etika konsekuensilisme adalah etika deontologis, yang berbunyi: "Segala sesuatu baik karena dirinya sendiri baik, terlepas dari apapun konsekuensinya." Dalam etika teleologis, hal-hal seperti berbohong, membunuh, mencuri, adalah baik selama ditujukan untuk konsekuensi yang baik. Agama cenderung deontologis karena keputusan untuk dilarang berbohong, membunuh, ataupun mencuri adalah seolah final apapun alasan melakukannya. Namun etika teleologis yang seolah menandakan prinsip dari manusia rasional, saya sadari punya kelemahan ketika hari Rabu lalu mendapati jalanan macet. Oleh seba...