Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri. Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...
Hari ini, 27 Februari 2012, adalah hari yang amat penting. Di sela-sela penampilan di acara seminar biomedik di ITB tadi, saya menyempatkan diri untuk melihat-lihat lapak DVD games untuk komputer di trotoar Jalan Ganesha. Saya dengan sangat berhati-hati memutuskan untuk membeli permainan yang saya yakini lebih jahat dari narkoba: Football Manager. Saya membeli edisi terbaru yaitu Football Manager 2012 (FM 2012) yang sebetulnya sudah rilis dari November kemarin. Namun akibat saya tahu betapa bahayanya game tersebut, saya beberapa kali menunda pembelian hingga akhirnya tadi luluh juga karena jarak antara saya dan lapak sudah sedemikian dekat. Sampai rumah, saya langsung install game tersebut dan tidak mendapat kesulitan apapun untuk langsung memulainya. Namun setelah beberapa saat, hati saya mendadak sedih. Saya ingat bahwa di edisi FM sebelumnya (FM 2011), saya masih berkiprah. Akhirnya saya kembali ke FM 2011 untuk sejenak menutup karir setelah sempat mengabadikan beberapa tampilan yan...