Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2011

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Batu Nisan Kaum Kiri

Sekitar bulan lalu, kira-kira tanggal 28 Desember (saya ingat, karena sehari sebelum final Piala AFF), saya jalan-jalan bersama pacar dan teman-temannya di Mal FX, kawasan Sudirman, Jakarta. Sore itu kami bermaksud nonton film Gulliver's Travel. Kala berjalan menyusuri mal-menuju bioskop, saya menemukan ada tempat makan yang menarik. Namanya Foodism. Menarik karena banyak foto wajah orang terpampang di dalamnya. Yang dipajang bukan foto orang sembarangan, mereka adalah orang-orang yang akrab disebut dalam sejarah. Apa maksud restoran tersebut memasang wajah mereka, saya tidak paham. Kalau saya tanya-tanya pelayannya pun mungkin mereka geleng-geleng saja. Saya juga saat itu sudah kenyang, sehingga tidak tertarik makan di dalamnya. gambar diambil dari sini Ketidakpahaman saya akan "Mengapa mereka semua ada disana?" menggelitik saya untuk menerka-nerka saja. Dari beberapa foto di sana, tiga diantaranya adalah tokoh besar dari kalangan kiri, yakni Lenin, Marx, dan Mao. Tak pe...

Kenangan

Ketika menulis ini saya baru saja pulang. Pulang dari acara kumpul bersama teman-teman. Hal yang tadinya saya ragu untuk melakukannya karena suatu prinsip yang saya teguhkan sendiri: Tidak ada main sebelum kuliah lulus. Kebetulan (Insya Allah) sidang kelulusan hanya tinggal dua mingguan lagi. Saya pikir saya bisa menahan diri untuk tidak berjumpa kawan-kawan jika cuma dua pekan. Namun entah kenapa, SMS ajakan tadi siang begitu sulit untuk ditolak. Saya merasa bahwa ajakan ini adalah semacam upaya untuk "menyeimbangkan" diri. Betapa kegiatan menulis tesis sudah sangat menjengahkan, rutinitas tambah lama tambah membunuh kesadaran, dan waktu luang semakin dipersedikit karena berpotensi buang-buang uang. Kegiatannya begitu saja, tidak berbeda dengan dulu-dulu. Nonton bioskop, pulangnya makan. Pasca makan, kami berbincang-bincang hingga larut malam. Kebetulan ini adalah kawan setia dari sejak SMA bahkan SMP. Sudah nyaris sepuluh tahun kami bersama, dan nonton-setelah-itu-makan mas...