Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2020

Makanya, Mikir! (2025): Cara Populer Menghidupkan Neoliberalisme Intelektual dan "Filsafat Babi"

Makanya, Mikir! karya Cania Citta dan Abigail Limuria telah menjadi salah satu buku nonfiksi yang paling disukai oleh pembaca muda dalam beberapa bulan terakhir. Semangat logika, rasionalitas, dan berpikir kritis adalah pilar dalam buku ini. Sebuah seruan yang menyejukkan di tengah wacana publik yang penuh dengan perselisihan politik dan emosi. Namun, di balik ajakan yang baik itu, ada masalah: buku yang menyerukan ajakan “berpikir kritis” ini justru hampir tak pernah menjadi objek pikiran kritis itu sendiri.  Penerimaannya di tempat umum menunjukkan paradoks yang menarik. Buku ini segera disambut sebagai bacaan yang cerdas tanpa perlu diuji berkat branding intelektual para penulisnya, dua figur yang terkenal di media sosial karena sikap rasional dan ilmiah mereka. Ulasan di toko buku online dan media sosial nyaris semuanya memuji. Di sinilah ironi itu muncul: sebuah buku yang mengajak untuk tidak mudah percaya , justru diterima karena kepercayaan penuh terhadap otoritas...

Filsafat Politik dan Kotak Pandora Abad ke-21

ULAS BUKU: FILSAFAT POLITIK DAN KOTAK PANDORA ABAD KE-21   Kata “politik” itu memang terdengar seperti sesuatu yang kotor, penuh intrik, dan urusannya selalu soal kekuasaan dan kekuasaan saja. Dengan citranya yang demikian buruk, ramai-ramai orang menghindari berurusan dengan politik, seolah-olah ada kehidupan manusia di luar sana yang tidak terhubung dengan politik. Padahal, Pericles, negarawan Yunani Kuno, sudah mengingatkan, “Hanya karena kita tidak punya minat dengan politik, bukan berarti politik tidak punya minat terhadap kita.” Prof. Budiono Kusumohamidjojo, lewat bukunya yang berjudul “Filsafat Politik dan Kotak Pandora Abad ke-21”, menunjukkan bahwa politik secara hakikat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah peradaban manusia. Bagaimana bisa menghindari politik, jika hidup dalam entitas bernama negara? Bagaimana bisa menghindari politik, jika membenci kekuasaan tertentu, tapi diam-diam mendambakan kekuasaan jenis lainnya? Bagaimana bisa menghindari pol...

SONTAK dan Harapan Bagi Ekosistem Perbunyian di Bandung

Poster SONTAK, diambil tanpa izin dari Facebook Page. Mungkin sekitar delapan tahun yang lalu, seorang kawan pergi meninggalkan Bandung, namanya Diecky Kurniawan Indrapraja. Apa yang diwariskan Diecky ini cukup penting, hingga mengundang tanya bagi saya pribadi, “Adakah (orang di Bandung) yang sanggup menggantikan Diecky?” Mungkin yang membaca tulisan ini bertanya-tanya: Lah, Diecky ini memangnya siapa? Apa yang sudah ia lakukan?  Diecky adalah komponis asal Surabaya yang lama tinggal di Bandung untuk studi. Saya tidak punya data akurat tentang berapa lama ia tinggal di Bandung, tapi jika dihitung dari kapan ia masuk kuliah, mungkin sekitar sepuluh atau sebelas tahun. Diecky tidak hanya mengomposisi karya, ia juga mengajar, baik formal maupun non-formal. Salah satu tempat mengajar non-formalnya adalah di garasi rumah saya, Garasi10. Di sana ia, di hadapan belasan muridnya (termasuk saya), menyebarkan suatu paham yang menurut kami semua begitu aneh, yaitu tentang musik kontemporer, ...