Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2018

Komentar atas Madilog (Bab Filsafat)

Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...

Teks Musik: Suatu Pengantar

Ditulis sebagai Suplemen "Workshop Penulisan Musik" di Jendela Ide, Sabuga, 20 April 2018   Mendefinisikan Musik  Sebelum membahas literasi ataupun penulisan musik, agaknya tidak berlebihan jika kita membahas hal paling mendasar yaitu: apa itu musik? Kita bisa pertama-tama menyepakati hal ini: pada dasarnya, segala sesuatu dalam alam semesta ini bergerak dalam ritmik (orang berjalan, gerak awan, ikan berenang, dan sebagainya). Segala sesuatu juga punya keselarasan atau harmoni dengan lainnya, misalnya: matahari pagi dengan bangun manusia dari tidurnya, kehidupan ikan dan ekosistem di sekitarnya, dan sebagainya. Selain itu, melodi juga dapat kita dengar di alam semesta ini: cuitan burung, bunyi deru knalpot, sampai ke senandung orang di kamar mandi. Sebuah buku tahun 1963 berjudul ABC of Music karya Imogen Holst kira-kira merangkum seluruh deskripsi tersebut dan mendefinisikan musik sebagai "gabungan antara melodi, harmoni, dan ritmik".  Apakah suda...

Membaca (Kembali) Media Baru dan Sangkut Pautnya dengan Etika

Ditulis untuk kegiatan diskusi Moro Referensi di UNISBA, 9 April 2018. Masifnya perkembangan media baru ( new media ) dalam satu hingga dua dekade belakangan ini, telah membuat ketergantungan baru bagi kehidupan manusia kontemporer. Demikian tergantungnya, hingga sudah menjadi semacam kebutuhan primer (anak “zaman now ” pernah mengibaratkan kebutuhan itu dalam ekspresi “sandang, pangan, colokan” alih-alih ekspresi lama yaitu “sandang, pangan, papan” - menunjukkan bahwa keterhubungan daring lebih penting dari mempunyai tempat tinggal -).  Demikian tergantungnya, hingga masyarakat hari ini menganggapnya sebagai apa yang dikatakan Martin Heidegger sebagai “perpanjangan tubuh” kita sendiri. Misalnya, Kita sudah menganggap media sosial sebagai dunia sosial kita yang hakiki, kita sudah menganggap obrolan melalui Whatsapp sebagai obrolan yang hakiki, kita sudah menganggap menyaksikan representasi pertunjukan via Youtube adalah pengalaman menghadiri live performance secara ...