Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...
Mutia Dharma (tengah) bersama saya ketika siaran di 100.4 KLCBS dalam rangka konser Ragazze Quartet (2014) Tanggal 27 Februari kemarin, saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri, di ruang ICU RS Santo Yusuf, seorang aktivis musik klasik berjuang meregang nyawa melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya dalam setahun terakhir. Tubuh sang aktivis tersebut akhirnya menyerah dan memilih untuk melepas jiwa pada Sang Khalik. Mutia Dharma adalah aktivis musik klasik yang bisa dikatakan tidak tertandingi di Bandung. Entah berapa banyak konser dan workshop yang sudah ia adakan, baik level lokal maupun internasional. Jika berusaha dikira-kira, pada masa jayanya (sebelum beliau mulai sakit), konser yang diadakan Mutia -dengan Classicorp Indonesia sebagai benderanya- bisa sampai paling sedikit dua bulan sekali diadakan -frekuensi lebih dari cukup untuk musik yang tidak terlalu banyak penggemarnya-. Artinya, wafatnya Mutia bisa menjadi dampak serius. Jika tidak ada regenerasi yang kuat...