Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2010

Komentar atas Madilog (Bab Filsafat)

Tetapi memakai Engels buat penunjuk jalan, bisalah kita terhindar dari kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels, sekarang terkenal sebagai co-creator, sama membangun, dengan Marx, sebetulnya dalam filsafat banyak sekali meninggalkan pusaka. Karl Marx terkenal sebagai bapak Dialektis Materialisme dan Surplus Value, yakni Nilai-Ber-Lebih, nilai yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, pembelakang, selalu berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang "Das Kapital", yang belum habis ditinggalkan Marx, karena ia meninggal. Engels sendiri menulis beberapa buku berhubung dengan filsafat "Anti Duhring" dan "Ludwig Feurbach" sejarah dan ekonomi. Tan Malaka menempatkan Friedrich Engels sebagai sosok kunci dalam menuntun manusia keluar dari kekacauan berpikir mistik menuju pemahaman filsafat yang ilmiah dan materialis. Dengan menyebut Engels sebagai “penunjuk jalan,” ia menegaskan pentingnya p...

Main Bersama Kappalettas

Suatu selasa tanggal 25 kemarin, saya diberangkatkan ke Jakarta naik travel. Jam travelnya cukup malam, yakni jam 19.45. Ada apa gerangan? Saya ternyata mesti main gitar tiga lagu, untuk sebuah kelompok telegram bernyanyi bernama Kappalettas. Dan jam mainnya tidak lazim, yakni menjelang tengah malam. Soal Kappalettas saya pernah menulis sebelumnya , namun saat itu status saya adalah "korban", sedangkan sekarang, saya terlibat dalam Kappalettas sebagai "terdakwa", atau lawannya korban apa ya? Pokoknya kamilah yang mendatangi si korban. Kappalettas ini adalah kelompok telegram bernyanyi. Jadi kau bisa memesan lagu apa saja (betul nih apa aja, Mba Niken?) untuk kemudian dikirimkan pada target yang kau inginkan. Nantinya si target akan menerima lagu darimu, beserta pesan-pesan lain jika ada, dan boleh juga dengan coklat serta bunga. Yang menarik adalah, lagu dimainkan secara live, memakai format gitar serta vokal (ada biola dan cello sebenarnya, tapi sejauh ini beberapa...

Islam (2)

  "Semua agama baik, tapi tidak semua agama benar." Di masa kecil saya, sering terngiang kalimat itu, yang keluar dari mulut tante. Kalimat tersebut mengacu pada agama Islam yang kami anut. Saya pikir itu kalimat keren, bijaksana, dan membuat pelbagai persoalan keagamaan menjadi sangat jelas. Ini adalah kalimat tegas dan anti-pluralisme, membuat asing segala yang liyan. Memicu pandangan untuk menilai the others sebagai sesat dan hina. Rendah. Beranjak besar, lagi-lagi kalimat itu semakin terfalsifikasikan. Ini terpicu oleh pergaulan saya yang banyak diantaranya adalah non-muslim, terutama dari kalangan musik klasik. Saya melihat budi baiknya, keyakinannya akan agama yang dia anut, serta toleransi antar beragamanya, membuat saya berpikir, "masa sih mereka-mereka ini termasuk orang 'bersalah', dan maka itu masuk ke neraka?" Saya semakin bulat menyatakan bahwa semua agama juga benar dan membenamkan jauh-jauh kalimat si tante, terutama setelah masuk bangku kuli...